Tuesday, 16 June 2015

statusmu menGhaPus amalanmu


wirJO SOEMarto... Manfaat jejaring sosial sangatlah banyak. Bahkan dalam kampanyenya Obama dengan cerdas memanfaatkan Twitter. Para da’i dan ustadzpun tidak ketinggalan memanfaatkan facebook dan twitter untuk dakwahnya. Manfaat lain, jejaring sosial bisa digunakan sebagai bentuk konsolidasi sebuah organisasi, terjalinnya silaturahmi, sebagai media untuk memperluas jaringan bisnis, bahkan media untuk aktualisasi, eksistensi dan narsisasi diri.

Tentunya selain manfaatnya, jejaring sosial ini pun mempunyai sisi buruknya. Saya tidak akan menyebutkan satu persatu. Hanya saja salah satu sisi buruknya adalah bisa membuat amal ibadah kita sia-sia.

Status Yang Membuat Amal Sia-Sia. Saya mencoba menganalisa dari dua jejaring sosial yang sangat hampir semua kalangan menggunakannya; facebook dan twitter. Timbulnya manfaat dan kerugian karena adanya perhatian dari orang lain atas status atau tweet kita. Pembuat status atau tweet dengan sadar melakukannya agar orang lain membaca dan mengetahui apa yang ia postingkan atau tweetkan. 

Saya ingin memberikan contoh-contoh status (postingan atau tweetan), yang menurut hemat saya, justru membahayakan atas amal ibadah pembuat status tersebut ;

  1. 'Betapa sejuknya hati tadi malam, saat aku bertemu dengan MU ya Allah, di sepertiga malam Mu' kemudian di uppload foto saat orang tersebut beserta teman-temannya melakukan sholat malam.
  2. 'Ya Allah, hamba malu, minggu ini hamba belum shodaqoh'. maknanya setiap hari dia bershodaqoh.
  3. 'Ya Allah, betapa sepinya hidup ini. Dua hari ini aku gak bisa baca Qur’an'. Maknanya dia selalu membaca Qur’an.
  4. 'Ya Allah, maafkan aku, dua hari ini aku tidak sholat malam dan baca Qur’an karena aku sedang sakit'.

Kenapa status-status di atas bisa membahayakan amal ibadahnya?

  1. Pembuat status ingin memberikan informasi tentang kegiatan ibadahnya.
  2. Pembuat status dengan sadar bahwa tujuannya membuat status tersebut agar orang lain mengetahui tentang apa yang ia postingkan, dalam hal ini ibadahnya.

Sesuai dengan karakteristik dibuatnya facebook dan twitter. Kesadaran ini tentunya mempunyai tujuan tertentu; apresiasi, pujian, atau respon yang lain atas informasi yang ia berikan tentang ibadahnya melalui statusnya.
Kemudian apakah karena orang lain mengetahui ibadah kita, kemudian ibadah kita menjadi sia-sia?

Jawabannya; Ketika seseorang menginginkan ibadahnya mendapat pujian dari manusia lain maka ibadahnya sia-sia. Baik hasilnya dengan status tersebut dia tidak mendapat pujian atau orang lain tidak membaca sama-sekali. Tetap saja ibadahnya sia-sia. Namun jika niatnya untuk Allah, tidak ada terbersit ingin agar orang lain mengetahui dan lantas mengaguminya, maka tentunya Allah akan membalasnya dengan pahala berlipat ganda. 

Riya dan Sum’ah dalam Beribadah. Ada dua penyakit hati yang bisa membuat sia-sia amalan kita. Bahkan jangankan mendapatkan pahala justru dicatat sebagai sebuah keburukan (kemaksiatan); Riya dan Sum’ah. Riya adalah sikap yang ingin amal ibadah kita terlihat orang lain. Sedangkan sum’ah adalah sikap yang ingin amal ibadah kita terdengar orang lain.
Status kita kan tidak membuat orang lain melihat ibadah kita? Tweet kita tidak membuat orang lain mendengar apa yang kita twit, kan?

Ya memang. Namun keinginan dilihat dan didengar tujuannya adalah ingin diketahui orang lain. Tentunya seseorang yang membuat status atau tweet tertentu menginginkan orang lain mengetahui apa yang dipostingkan dan di tweetkan, kan?

Bisa saja, pembuat status berdalih bahwa ini adalah tahadduts binni’mah (menceritakan kebaikan), kemudian ia mengolah hujjah dan ceritakanlah ni’mat TuhanMu (QS Ad-dhuha: 11), atau ini adalah salah satu strategi da’wah.

Saya tidak akan menegaskan, apapun dalih atas pembuat-pembuat status seperti tadi. Saya tidak pernah tahu apa isi hati manusia. Allah lah yang mengetahui. Tujuan tulisan ini adalah mengingatkan diri saya dan kita semua, agar waspada dengan status kita.
Jangan-jangan ketika kita membuat status terbersit keinginan mendapat apresiasi dari manusia tentang ibadah-ibadah kita yang seharusnya merupakan urusan kita dengan Allah.


No comments:

Post a Comment