wirJO SOEMarto... Filosofi ojo kedua yang diajarkan oleh orang tua Wiryo adalah ojo kagetan. Makna harfiah dari ojo kagetan ini adalah jangan mudah kaget.
Suka terkaget-kaget kah kita? Jawaban
sebagian besar dari kita pasti YA!.
Akhir-akhir ini banyak sekali
peristiwa di negeri nusantara ini yang membuat seluruh penduduknya
terkaget-kaget, baik peristiwa yang ditimbulkan oleh perseorangan, badan
dan lembaga, juga yang lebih aneh lagi adalah pemerintah juga hobby
membuat rakyatnya selalu terkaget-kaget dengan aneka kebijakan yang
kemudian ditarik lagi atau tidak jelas implementasinya. Kita
terkaget-kaget tatkala KPK tiba-tiba menangkap jaksa dan penyuapnya,
juga terkaget-kaget ketika seorang anggota DPR terlibat dalam transaksi
penyuapan bahkan video porno. Kita juga kaget ketika tanpa alasan tarif
jalan tol tiba-tiba naik, bahkan harga cabe dan bawang putih juga
melambung, dan semua alasannya karena BBM naik.
Filosofi ojo kagetan
bermakna kita harus mawas diri terhadap perubahan sekeliling dan
lingkungan kita. Ojo kagetan juga bermakna persiapan diri sendiri
menghadapi perubahan sekeliling tanpa ikut berubah seperti sekeliling.
Kalau kita sadar bahwa kita hidup di negeri yang serba ajaib dan aneh
seperti Indonesia, maka seharusnya kita juga selalu mawas diri dan
bersiap dengan aneka kejutan yang menyertai setiap perubahan. Dengan
tidak terkaget-kaget terhadap kejutan-kejutan di sekeliling kita, kita
akan lebih tegar dan sumeleh hidup di Indonesia.
Ojo kagetan
merupakan panduan agar kita selalu membabar terlebih dahulu terhadap
segala yang terjadi. Analisis terlebih dahulu dari setiap masalah, baru
tentukan strategi dan tindakan yang akan diambil untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Karena jika kita menyelesaikan dengan bersikap
reaktif, maka kemungkinan besar keputusan maupun tindakan kita masih
mentah dan tidak mampu menyelesaikan inti masalahnya.
Tantangan terbesar
dari penerapan pandangan hidup ini ialah emosi dan harga diri kita,
yang bisa 'sak dheg sak nyet' ketika terjadi sesuatu hal yang sensitif disekeliling kita.
No comments:
Post a Comment