Thursday, 22 October 2015

kenaPa manusia sakit

wirJO SOEMarto... Setiap manusia pasti pernah mengalami rasa sakit pada jasmaninya. Baik itu penyakit yang ringan maupun yang sampai mengancam jiwa. Saat kita mengalami hal semacam itu, terutama pada saat sakit kita parah, terkadang pertanyaan muncul begitu saja dalam benak kita, “Mengapa Allah memberikan sakit ini?”
Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah SWT melakukan sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah pasti menyimpan hikmah di balik setiap sakit yang kita alami. Karenanya, tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Allah SWT. Lebih parah lagi, kita sampai mengutuk takdir. Na’udzu billah…
Rasulullah SAW pernah menemui Ummu As-Saa’ib, beliau bertanya, ”Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai Ummu As-Saa’ib?” Wanita itu menjawab, “Karena demam wahai Rasulullah, sungguh tidak ada barakahnya sama sekali.” Rasulullah SAW bersabda, ”Jangan engkau mengecam penyakit demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses pembakaran menghilangkan noda pada besi,” (HR. Muslim).

Sakit adalah Ujian
Allah SWT berfirman dalam al-Quran, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun,” (QS. Al-Baqarah: 155-156).
Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan,” (QS. Al-Anbiyaa`: 35)
Begitulah Allah subhanahu wa ta’ala menguji manusia, untuk melihat siapa di antara hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan melalui lisan, tapi juga harus menghujam di dalam hati dan teraplikasikan dalam kehidupan oleh seluruh anggota badan.
Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap orang yang mengaku beriman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta,” (QS. Al-Ankabuut: 2-3).
Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi lebih baik di hadapanNya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ”Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya,” (HR. Bukhari).
Jadi, sudah selayaknya bagi setiap mukmin untuk kemudian bertambah imannya saat ujian itu datang, termasuk di dalamnya adalah ujian sakit yang merupakan bagian dari ujian yang menimpa jiwa. Jangan sampai kita menjadi seperti orang-orang munafik yang tidak mau bertaubat atau mengambil pelajaran saat mereka diuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala, “Dan tidaklah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?” (QS. At-Taubah: 126).
Sudah selayaknya pula kita merenungi segala amalan yang telah kita lakukan, karena bisa jadi ada beberapa amalan yang memang dianggap sebagai sebuah kemaksiatan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Begitu cintanya Allah kepada kita sehingga Dia mengingatkan kita melalui sakit ini, agar kita dapat segera bertaubat sebelum ajal menjemput kita.
Dari Anas ibn Malik radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah mencintai seseorang, pasti Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa yang ridha menerima cobaanNya, maka ia akan menerima keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang kecewa menerimanya, niscaya ia akan menerima kermurkaan Allah,” (HR. Tirmidzi).

No comments:

Post a Comment