wirJO SOEMarto... Setiap manusia pasti pernah mengalami rasa sakit pada jasmaninya.
Baik itu penyakit yang ringan maupun yang sampai mengancam jiwa. Saat
kita mengalami hal semacam itu, terutama pada saat sakit kita parah,
terkadang pertanyaan muncul begitu saja dalam benak kita, “Mengapa Allah
memberikan sakit ini?”
Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu
yang menjadi penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah SWT
melakukan sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di
balik semua itu. Allah pasti menyimpan hikmah di balik setiap sakit yang
kita alami. Karenanya, tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh,
menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Allah SWT. Lebih
parah lagi, kita sampai mengutuk takdir. Na’udzu billah…
Rasulullah SAW pernah menemui Ummu
As-Saa’ib, beliau bertanya, ”Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai
Ummu As-Saa’ib?” Wanita itu menjawab, “Karena demam wahai Rasulullah,
sungguh tidak ada barakahnya sama sekali.” Rasulullah SAW bersabda, ”Jangan engkau mengecam penyakit demam.
Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses
pembakaran menghilangkan noda pada besi,” (HR. Muslim).
Sakit adalah Ujian
Allah SWT berfirman dalam al-Quran, “Dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun,”
(QS. Al-Baqarah: 155-156).
Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan,” (QS. Al-Anbiyaa`: 35)
Begitulah Allah subhanahu wa ta’ala menguji manusia, untuk melihat
siapa di antara hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan
dan kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang
diucapkan melalui lisan, tapi juga harus menghujam di dalam hati dan
teraplikasikan dalam kehidupan oleh seluruh anggota badan.
Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap
orang yang mengaku beriman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak
diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta,” (QS. Al-Ankabuut:
2-3).
Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya
menjadi lebih baik di hadapanNya. Rasulullah shallallahu ’alaihi
wasallam bersabda, ”Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia
akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya,” (HR. Bukhari).
Jadi, sudah selayaknya bagi setiap mukmin untuk kemudian bertambah
imannya saat ujian itu datang, termasuk di dalamnya adalah ujian sakit
yang merupakan bagian dari ujian yang menimpa jiwa. Jangan sampai kita
menjadi seperti orang-orang munafik yang tidak mau bertaubat atau
mengambil pelajaran saat mereka diuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
“Dan tidaklah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua
kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula)
mengambil pelajaran?” (QS. At-Taubah: 126).
Sudah selayaknya pula kita merenungi segala amalan yang telah kita
lakukan, karena bisa jadi ada beberapa amalan yang memang dianggap
sebagai sebuah kemaksiatan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Begitu
cintanya Allah kepada kita sehingga Dia mengingatkan kita melalui sakit
ini, agar kita dapat segera bertaubat sebelum ajal menjemput kita.
Dari Anas ibn Malik radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa ia
menceritakan, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar
pula. Kalau Allah mencintai seseorang, pasti Allah akan memberikan
cobaan kepadanya. Barangsiapa yang ridha menerima cobaanNya, maka ia
akan menerima keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang kecewa menerimanya,
niscaya ia akan menerima kermurkaan Allah,” (HR. Tirmidzi).
No comments:
Post a Comment