Menghadapi setiap cobaan
itu dengan kesadaran akan kekuasaan Tuhan, dan ketak berdayaan kita pada titik klimaks, dengan cobaan kita jadkan sarana untuk meningkatkan iman dan takwa.
Jika mendapat cobaan berupa kesulitan hidup hendaknya jadikan kesabaran sebagai hiasan hidup dengan membangun
sebuah keyakinan bahwa kesulitan itu akan segera berganti kemudahan. Cepat atau lambat, hal itu mudah bagi Tuhan.
Bagi mereka yang diberi kemudahan dan kesejahteraan hidup, hendaknya
mampu menunjukkan keteladanan nyata, yaitu kemauan untuk berbagi dengan sesama, dan
kepedulian terhadap orang-orang sekitar yang berada di bawah garis
kemiskinan.
Jangan lupakan, apapun yang kita miliki sekarang (kekayaan atau yang lain), hanyalah titipan belaka. Kapan saja Sang Pemilik
berkehendak, akan menarik dan mencabutnya.
Tuhan memberikan segala sesuatu kepada hamba-Nya berdasarkan
porsinya, karena keterbatasan kita sebagai mahkluk-Nya. Maka makhluk yang bernama manusia selalu mendapatkan yang
sepadan dengan kekuatan yang dimilikinya. Apapun yang bernama cobaan
dalam hidup, pada hakekatnya, Tuhan telah sesuaikan dengan kemampuan
makhluk-Nya untuk menghadapi hal tersebut.
Jika kesadaran akan kesanggupan yang dimiliki oleh setiap orang dalam
mengarungi bahtera kehidupan yang penuh ombak dan badai ini maka untuk
apa kita merasa berkecil hati atas segala sesuatu yang terjadi. Bukankah
beban hidup selalu dibawah kekuatan yang diberikan Allah pada kita.
Bukankah cobaan itu sesuai dengan kelas kita.
Setiap cobaan yang menerpa selalu menjadi jalan untuk menapaki
tingkatan keimanan ke jenjang yang lebih tinggi. Setiap cobaan menjadi
batu loncatan untuk mengasah ketajaman nalar dan kepekaan sosial. Olah
jiwa sedemikian tidak diajarkan di sekolah manapun. Yang mendapatkannya ,
kapan dan di mana saja, di sanalah kesempatan untuk belajar dan menjadi
pribadi yang mampu mewujudkan sikap sabar dan sikap hidup
yang proaktif, tanpa adanya keluh kesah dan sikap apatis. (wirJO SOEMarto)
No comments:
Post a Comment