Dialah ladang hati yang dengan kasih kau taburi dan kau pungut buahnya penuh rasa terima kasih
Dia pulalah naungan sejuk keteduhanmu
Sebuah pendiangan demi kehangatan sukmamu
Karena kau menghampirinya di kala hati gersang kelaparan,
Dan mencarinya di kala jiwa membutuhkan kedamaian
(Kahlil Gibran)
wirJO SOEMarto... Seorang sahabat lama menyapa penuh rindu dari sana. Keriangan yang
tercipta dari celoteh ramai penuh tawa, seperti memenuhi rongga
dada. Lama sudah kami tak pernah bersua dan
kehilangan jejak.
Cerita lama, cerita baru dan kisah-kisah di saat kami saling mencari
keberadaan satu sama lain mengalir tanpa henti. Kami saling berkicau dan berteriak
dengan panggilan saat masih sekolah dulu.
Kerinduan belum juga terpuaskan, namun obrolan terpaksa
disudahi dahulu dengan saling bertukar nomer ponsel dan janji akan terus
saling berkirim kabar.
25 tahun bukan sebuah waktu yang singkat, orang bisa berubah
menjadi lebih baik atau sebaliknya. Ada yang karena pengaruh kedudukan
dan jabatan menjadi amat berubah dari yang kita kenal sebelumnya.
Untungnya kami sama-sama masih seperti yang dulu, mungkin saja karena
kami berdua memang bukan siapa-siapa. Tak ada kedudukan dan jabatan yang
mengundang decak kagum, yang berubah adalah kini kami bukan lagi anak
muda tetapi sudah menjadi seorang bapak dan kami sama-sama bangga
karenanya.
Dinamika persahabatan seperti kumpulan warna pelangi, ada terang
dan gelap yang memberi warna tersendiri pada keindahan
persahabatan itu.
Sahabat bisa dipersatukan dengan adanya satu atau lebih persamaan.
Idealnya, ia adalah seseorang yang membawa kita lebih dekat kepada
kebaikan, yang bisa bersama tertunduk syukur atas nikmat karunia,
tertawa atau menangis bersama dan saling menguatkan ketika salah satu
sedang dalam keadaan lemah. Juga seseorang yang bersedia mengingatkan
bahkan menyentil saat yang lain alpa dan melenceng dari jalanNya. Patut
disayangkan ada pula persahabatan yang justru mendorong kepada
kemunduran. Melihat kesuksesan yang diraih orang lain malah jadi
bersekutu untuk curiga. Tak bisa diam ketika pencapaian seseorang
melebihi apa yang telah mereka capai atau malah bersatu untuk
menjatuhkan orang lain. Alangkah sayangnya energi terbuang sia-sia untuk
hal-hal yang tidak bermanfaat seperti itu, yang membawa kita justru
semakin jauh dari tujuan hidup.
Tak dapat dipungkiri terdapat hubungan simbiosis mutualisme atau
saling menguntungkan di dalam persahabatan tetapi ada pula pelajaran di
dalamnya yaitu belajar memberi dan menerima, belajar
mendengar dan didengar, juga belajar mengikis ego dan menjaga empati.
Saling menghargai privacy sahabat termasuk kiat awetnya hubungan,
ibarat buku ada lembaran-lembaran yang tak perlu dibaca dan dibuka
dengan jelas tanpa perkenannya. Sahabat yang baik hafal betul saat
kuncup dan mekarnya kita.
Diantara indikator persahabatan yang sehat
adalah persahabatan yang tidak membuat kita menutup diri terhadap
pergaulan dengan orang lain, yang tetap bisa menjaga obyektifitasnya,
yang bernuansa kejujuran, yang membawa rasa nyaman dan yang tak perlu
memaksa kita terus menerus menggunakan topeng.
Pepatah bilang mencari musuh lebih mudah daripada menemukan sahabat.
Saat kita bertengkar berbeda pendapat seperti ada sebagian yang hilang
dalam diri. Padahal bersahabat bukan berarti selalu sepakat. Ada
perbedaan-perbedaan yang membuatnya bervariasi, yang lebih penting
adalah bagaimana saling memahami dan menghargai perbedaan tersebut.
Saya pernah mendapat sebuah pelajaran
berharga bagaimana persahabatan bisa rusak oleh emosi sesaat dan
kesalahpahaman. Ketika kita tiba pada suatu fase penuh kesadaran bahwa
itu semua hanyalah bagian dari masa muda yang penuh dinamika, sahabat
itu telah hilang tak tentu rimbanya. Sempat terdengar kabar ia telah
berada nun jauh di sana. Sujud pasrah pada Ilahi karena telah
memutuskan silaturahmi tanpa tahu bagaimana menyambungnya kembali.
Sekali lagi Sang Khalik berkehendak, segala sesuatu yang tak mungkin
menjadi mungkin. Kata maaf atas segala khilaf adalah
yang pertama terucap saat ia menyambut salam saya. Syukurlah kami saling
memaafkan. Rupanya tahun-tahun yang hilang tersebut telah mendewasakan
kami berdua.