Friday, 15 July 2016

minoritas vs maYoritas

wirJO SOEMarto... Saat masa kanak-kanak dahulu, dengan kepolosan yang kita punyai kita sering memilih untuk menjadi minoritas. Sebagai contoh saat kita akan memulai sebuah permainan, kita memulainya dengan hom pim pa. Dan yang menang adalah yang menjadi minoritas, artinya tangannya berbeda sendiri dengan teman-teman lainnya. Dan minoritas itulah yang mendapat tempat istimewa nomor satu dalam permainan.

Golongan minoritas yang berpegang teguh pada kebenaran selalu mengalahkan golongan mayoritas. Jangan pernah menganggap remeh golongan minoritas.

Ingat saja paham Galileo tentang heliocentris (matahari sebagai pusat tata surya), yang menentang paham mayoritas pada saat itu geocentris (bumi sebagai pusat tata surya). Dan akhirnya hingga saat inipun anak-anak kita mengerti bahwa kebenaran teori heliocentris. Nasib Galileo pada saat itupun karena minoritas diperlakukan dengan anarkis dan intoleran.

Ingat pula kisah nabi Ibrahim, yang menentang paham mayoritas pada saat itu, bahwa berhala/patung itu adalah tuhan. Perlakuan mayoritas tetap sama, mengintimidasi, intoleran dan anarkis. Mayoritas pada saat itu penyembah berhala segera mengumpulkan kayu bakar, dan membakar nabi Ibrahim, apa yang terjadi, justru sebaliknya. Dengan berpegang teguh pada kebenaran akhirnya api tersebut membakar berhala-berhala kaum mayoritas.

Disini hanya dapat kita katakan bahwa mayoritas ini hanya mempunyai kemampuan dan keunggulan fisik. Tanpa berbekal argumen yang kuat, mereka  memaksakan pihak yang memiliki argumen yang tak terbantahkan, untuk mengikuti argumen mereka dengan cara-cara jahat. Apakah sejarah panjang dunia tidak bisa memberi mereka pelajaran. Bukankah mayoritas ini dulunya juga minoritas.

Bukan orang bijak dan adil apabila yang saat jadi minoritas ditindas dan saat menjadi mayoritas menindas. Pendahulu mereka jika tahu tentu akan menolak keturunannya yang kini menjadi mayoritas, bertindak bodoh dengan memukuli dan menekan minoritas. Jika minoritas itu nantinya benar, tentu mayoritas hanya akan menjadi peran antagonis dalam sejarah peradaban.

Salut buat mereka-mereka yang masih berpegang teguh pada kebenaran dan kejujuran, ditengah masyarakat mayoritas yang bergelimang ketidakjujuran. 

Sadar atau tidak, kita hidup di tengah masyarakat yang mayoritas senang dengan perilaku negatif. Ada kawan yang bercerita, sesuatu yang umum-umum itu pada dasarnya tidak baik. Dia contohkan wc umum, pemandian umum, telepon umum dll, kondisinya tidak ada yang baik, cenderung kumuh dan kotor. Berbeda dengan yang  serba pribadi, exlusive terawat, harum dan  nyaman. Benar juga ya..

Dari sekian keterangan dapat kita katakan bahwa mayoritas adalah kumpulan pikiran berjuta-juta kepala yang bersaing satu dengan lainnya. Sedangkan minoritas adalah kumpulan pikiran sedikit kepala yang menginginkan kebenaran.






No comments:

Post a Comment