Monday, 25 July 2016

hindari Perdebatan

wirJO SOEMarto... Banyak sekali persoalan hidup yang rumit ini kita hadapi dan kita tidak diberi kekuatan untuk mengatasinya.

Kemampuan kita hanya sebatas wacana, adu argumentasi dan penyampaian pendapat yang kadang-kadang hanya untuk menonjolkan diri dan merasa puas atas kebenaran jalan pikirannya, tanpa mau menghargai apalagi menerima serta mendukung pendapat orang lain.

Maka timbulah polemik yang berkepanjangan, perdebatan yang tiada habisnya dan kadang pula silang pendapat akhirnya menjadi silang sengketa.

Dalam suatu komunitas, kadang kita membawa suatu permasalahan untuk menemukan solusi terbaik, kadang yang timbul bukan solusi yang baik, justru malah terjebak dalam polemik yang berkepanjangan dan membuat kabur permasalahan. 

Alangkah baiknya, kita hindari jika ada indikasi perdebatan dengan mengutamakan keutuhan musyawarah serta hati yang jernih dan ikhlas. Dengan jalan musyawarah untuk menyatukan potensi positif lebih baik daripada terus menerus memperlebar jurang perbedaan pendapat. Cobalah biasakan untuk selalu mengeluarkan energi positif dalam setiap langkah kita.

Dengan upaya menghindari perdebatan dengan mengutamakan akhlak yang baik lebih utama dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada. Akhlak yang baik ini adalah seseorang yang berpegang teguh pada moral yang mulia, rendah hati, dermawan, menjaga kehormatan dan tidak  mudah marah. 

Berdoalah agar kita selalu diberikan kekuatan yang konsisten dalam hidup ini untuk mengutamakan musyawarah dalam bingkai akhlak yang baik dan jalinan kerukunan dengan sesama.

Friday, 15 July 2016

minoritas vs maYoritas

wirJO SOEMarto... Saat masa kanak-kanak dahulu, dengan kepolosan yang kita punyai kita sering memilih untuk menjadi minoritas. Sebagai contoh saat kita akan memulai sebuah permainan, kita memulainya dengan hom pim pa. Dan yang menang adalah yang menjadi minoritas, artinya tangannya berbeda sendiri dengan teman-teman lainnya. Dan minoritas itulah yang mendapat tempat istimewa nomor satu dalam permainan.

Golongan minoritas yang berpegang teguh pada kebenaran selalu mengalahkan golongan mayoritas. Jangan pernah menganggap remeh golongan minoritas.

Ingat saja paham Galileo tentang heliocentris (matahari sebagai pusat tata surya), yang menentang paham mayoritas pada saat itu geocentris (bumi sebagai pusat tata surya). Dan akhirnya hingga saat inipun anak-anak kita mengerti bahwa kebenaran teori heliocentris. Nasib Galileo pada saat itupun karena minoritas diperlakukan dengan anarkis dan intoleran.

Ingat pula kisah nabi Ibrahim, yang menentang paham mayoritas pada saat itu, bahwa berhala/patung itu adalah tuhan. Perlakuan mayoritas tetap sama, mengintimidasi, intoleran dan anarkis. Mayoritas pada saat itu penyembah berhala segera mengumpulkan kayu bakar, dan membakar nabi Ibrahim, apa yang terjadi, justru sebaliknya. Dengan berpegang teguh pada kebenaran akhirnya api tersebut membakar berhala-berhala kaum mayoritas.

Disini hanya dapat kita katakan bahwa mayoritas ini hanya mempunyai kemampuan dan keunggulan fisik. Tanpa berbekal argumen yang kuat, mereka  memaksakan pihak yang memiliki argumen yang tak terbantahkan, untuk mengikuti argumen mereka dengan cara-cara jahat. Apakah sejarah panjang dunia tidak bisa memberi mereka pelajaran. Bukankah mayoritas ini dulunya juga minoritas.

Bukan orang bijak dan adil apabila yang saat jadi minoritas ditindas dan saat menjadi mayoritas menindas. Pendahulu mereka jika tahu tentu akan menolak keturunannya yang kini menjadi mayoritas, bertindak bodoh dengan memukuli dan menekan minoritas. Jika minoritas itu nantinya benar, tentu mayoritas hanya akan menjadi peran antagonis dalam sejarah peradaban.

Salut buat mereka-mereka yang masih berpegang teguh pada kebenaran dan kejujuran, ditengah masyarakat mayoritas yang bergelimang ketidakjujuran. 

Sadar atau tidak, kita hidup di tengah masyarakat yang mayoritas senang dengan perilaku negatif. Ada kawan yang bercerita, sesuatu yang umum-umum itu pada dasarnya tidak baik. Dia contohkan wc umum, pemandian umum, telepon umum dll, kondisinya tidak ada yang baik, cenderung kumuh dan kotor. Berbeda dengan yang  serba pribadi, exlusive terawat, harum dan  nyaman. Benar juga ya..

Dari sekian keterangan dapat kita katakan bahwa mayoritas adalah kumpulan pikiran berjuta-juta kepala yang bersaing satu dengan lainnya. Sedangkan minoritas adalah kumpulan pikiran sedikit kepala yang menginginkan kebenaran.






Tuesday, 12 July 2016

minoritas

wirJO SOEMarto...Aku hanyalah manusia biasa, tidak ada yang menonjol. Tidak ada yang berbeda dengan yang lain, namun dan mungkin saya hanyalah menjadi kaum minoritas dari orang-orang lain. Saya hanya ingin sedikit berbagi apa yang dimaksud sebagai kaum  minoritas. 

Banyak yang tidak ingin menjadi kaum minoritas, itu semua dikarenakan adanya perbedaan yang mencolok dengan orang-orang pada umumnya. 

Dalam kehidupan bermasyarakat, dimana ada mayoritas, baik di bidang agama, ekonomi, moral, politik, dsb yang minoritas lebih mudah ditindas dan lebih sering mengalami penderitaan karena tekanan oleh pihak mayoritas. Hubungan antara kaum mayoritas-minoritas sering menimbulkan konflik sosial yang ditandai oleh sikap subyektif berupa prasangka dan tingkah laku yang tidak bersahabat.  Secara umum, kelompok yang dominan cenderung mempertahankan posisinya yang ada sekarang dan menahan proses perubahan sosial yang mungkin akan mengacaukan status tersebut. Ketakutan akan kehilangan kekuasaan mendorong mereka untuk melakukan penindasan dan menyia-nyiakan potensi produktif dari kaum minoritas.


Adapun istilah "dominasi mayoritas", dimana pihak mayoritas mendominasi sehingga pihak minoritas terkalahkan kepentingannya. Contohnya pada suatu negara dimana penduduk aslinya yang mayoritas mungkin saja mengabaikan kepentingan penduduk pendatang yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Sedangkan di sisi sebaliknya, istilah yang benar adalah "tirani minoritas", di mana pihak yang sedikit jumlahnya, tapi karena terlalu kuat menjadi sewenang-wenang dan menekan pihak yang jumlahnya lebih banyak. Contohnya adalah kediktatoran. Seorang diktator, meskipun suaranya tidak mencerminkan mayoritas rakyat tapi karena kekuatannya, dia menekan mayoritas rakyat.


Salah satu faktor dari mayoritas adalah karena jumlah anggota grup yang banyak. Seiring dengan bertambah banyaknya anggota, maka social influence group tersebut semakin besar. Kebanyakan kaum minoritas sering mengalami kesulitan atau hambatan saat berhadapan dengan kaum mayoritas. Faktor yang mempengaruhi adanya hambatan tersebut antara lain prasangka historis, diskriminasi dan perasaan superioritas in-group feeling yang berlebihan.


Namun, tidak selalu kaum mayoritas yang memegang pengaruh kuat, kaum minoritas pun dapat berpengaruh meskipun dengan jumlah anggota yang lebih sedikit dibandingkan dengan kaum mayoritas. Kaum minoritas yang mengajukan pendapat yang bertentangan dengan mayoritas, cenderung lebih berpengaruh daripada minoritas yang gagal untuk membantah mayoritas.

Mayoritas dan minoritas dapat berdampak negatif bagi masyarakat baik bagi kaum minoritas maupun pada kaum mayoritas itu sendiri. Hal ini disebabkan adanya perilaku diskriminatif yang muncul karena menganggap kelompok lain sebagai out-group yang merupakan lawan bagi mereka terutama bagi kaum minoritas yang dianggap asing oleh kaum mayoritas. Adanya perilaku diskriminatif ini menimbulkan konflik sosial dimana salah satu pihak kelompok merasa dirugikan dan ditindas.


Mayoritas bisa terjadi baik dalam minoritas maupun mayoritas. Mayoritas dalam minoritas yaitu dimana kaum minoritas mempunyai kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan kaum mayoritas. Digambarkan dalam tindakan penjajahan (expansion). Dimana kaum minoritas yang lebih tangguh, lebih depresif, lebih expansif bisa untuk menundukan kaum mayoritas yang masih terbelakang dalam hal ilmu, pemikiran, dan tindakan. Sedangkan, mayoritas dalam mayoritas adalah dimana kaum mayoritas mempunyai kekuasaan absolut dimana kaum minoritas tidak diperbolehkan untuk memprotes, menjatuhkan, menduduki jabatan dalam pemerintahan ataupun strata sosial. Kaum mayoritas menjadi lebih depresif dan agresif dimana ada sedikit saja kaum minoritas yang melakukan protes maka akan ditindak dengan hukum maksimum.


Kelompok minoritas adalah kelompok individu yang tidak dominan dengan ciri khas bangsa, suku bangsa, agama, atau bahasa tertentu yang berbeda dari mayoritas penduduk. Minoritas sebagai ‘kelompok’ yang dilihat dari jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk lainnya dari negara bersangkutan dalam posisi yang tidak dominan. Keanggotaannya memiliki karakteristik etnis, agama, maupun bahasa yang berbeda dengan populasi lainnya dan menunjukkan setidaknya secara implisit sikap solidaritas yang ditujukan pada melestarikan budaya, tradisi, agama dan bahasa. Definisi minoritas umumnya hanya menyangkut jumlah. Suatu kelompok dikatakan sebagai minoritas apabila jumlah anggota kelompok tersebut secara signifikan jauh lebih kecil daripada kelompok lain di dalam komunitas.

Dari sudut pandang ilmu sosial pengertian minoritas tidak selalu terkait dengan jumlah anggota. Suatu kelompok akan dianggap kelompok minoritas apabila anggota-anggotanya memiliki kekuasaan, kontrol dan pengaruh yang lemah terhadap kehidupannya sendiri dibanding anggota-anggota kelompok dominan. 

Jadi, bisa saja suatu kelompok secara jumlah anggota merupakan mayoritas tetapi dikatakan sebagai kelompok minoritas karena kekuasan, kontrol dan pengaruh yang dimiliki lebih kecil daripada kelompok yang jumlah anggotanya lebih sedikit. Loyalitas terhadap kelompok, demikian juga prasangka rasial (etnik) lebih intens pada kelompok minoritas daripada kelompok mayoritas karena identitas sosial mereka selalu terancam oleh kelompok mayoritas. Ancaman terhadap etnik minoritas tidak hanya datang dari besarnya kemungkinan menjadi sasaran kekerasan tetapi juga terhadap identitas kultur mereka.



D'MASIV - Merindukanmu (Official Video)

Friday, 8 July 2016

luanGkan waktu untuk diri sendiri

wirJO SOEMarto... Untuk menjadi diri sendiri lagi, cobalah luangkan waktu untuk diri sendiri..

Waktu khusus ini bisa dibilang sebagai waktu introspeksi, atau waktu menyendiri tanpa ada orang lain. Tujuannya bukan berarti senang-senang sendiri, tapi gunakan untuk menemukan apa yang sebenarnya Anda inginkan, anda butuhkan dan evaluasi diri. Kesibukan dengan pekerjaan, keluarga dan teman, kadang membuat kita lupa menyediakan waktu untuk diri kita sendiri.
Secara sederhana, menjadi jujur dan mencintai apa yang kita lakukan akan membuat Anda menjadi diri sendiri dan pribadi yang menyenangkan buat orang lain. 

Monday, 4 July 2016

cuek

wirJO SOEMarto... Ngomong tentang menjadi diri sendiri (masih sambungan dari don't ever think to want to be someone else) memang masih panjang untuk diceritakan, kali ini cuek yang dibicarakan..

Ketika ada seseorang yang tidak suka dengan Anda, terimalah dan jangan bereaksi berlebihan. Memang pada kenyataannya akan ada satu atau dua orang yang merasa insecure atau tidak menyukai keberadaan Anda, tapi biarkan saja, jangan terlalu diambil hati. Kemungkinan mereka yang membenci anda, disebabkan anda sudah sepuluh langkah lebih maju dari mereka dan kehidupan anda lebih baik dari mereka, jika saja kehidupan mereka lebih baik dari anda, tentu saja mereka tidak akan membenci anda.